Monday 14th October 2024
Durbar Marg, Kathmandu

Anies Baswedan, kandidat calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), menunjukkan keahliannya dalam memberikan retorika publik. Setelah menulis sebuah opini berjudul “Meluruskan Jalan, Menghadirkan Keadilan,” Anies Baswedan, yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dari tahun 2017 hingga 2022, kembali menuangkan pemikirannya dalam kolom berjudul “Indonesia Darurat Krisis Iklim” yang diterbitkan oleh Harian Media Indonesia pada Senin, 12 Juni 2023.

Anies Baswedan memulai tulisannya dengan menggambarkan kondisi anak-anak yang tinggal di pesisir Demak, Jawa Tengah, yang gembira bermain sepak bola. Namun, ia juga mencatat perbedaan yang kontras, di mana orang tua mereka terlihat murung saat matahari terbenam.

Menurut Anies Baswedan, akibat dari abrasi pantai, warga pesisir tersebut terpaksa membeli air bersih dengan harga yang tinggi dan pada akhirnya mereka bahkan harus menjual tanah mereka dengan harga yang sangat rendah. Ia menggambarkan kondisi tersebut seperti rumah mereka yang tergenang air laut setiap sore.

“Dalam ketidakpastian ini, harapan-harapan mereka sering kali tenggelam,” tulis Anies Baswedan.

Anies Baswedan merasa bersyukur dapat melihat langsung kondisi tersebut dan mendengarkan harapan-harapan dari warga pesisir Demak saat melakukan kunjungan. Ia menganggap kunjungan tersebut sebagai kesempatan untuk mendengar, memahami, dan merasakan kondisi terkini yang dihadapi oleh masyarakat.

Anies Baswedan menyatakan bahwa ada banyak masalah yang dirasakan oleh warga, dan kondisi tersebut tidak hanya terjadi di pesisir Demak. Wilayah lain seperti pulau-pulau kecil di Kepulauan Riau, Miangas, dan selatan Borneo juga menghadapi ancaman tenggelam.

Anies Baswedan kemudian beralih ke subjudul berikutnya yang membahas masalah komitmen pemerintah dalam menghadapi krisis iklim dengan kalimat “Target tinggi, inkonsisten dalam realisasi.” Menurutnya, pemerintah telah membuat berbagai komitmen untuk mengatasi perubahan iklim dengan target yang tinggi.

“Namun, pencapaian kita belum sejauh yang diharapkan. Peringkat Indeks Kinerja Lingkungan (Environmental Performance Index/EPI) Indonesia berada di peringkat bawah, yaitu posisi 164 dari 180 negara,” tulis Anies Baswedan.

Angka tersebut, menurut Anies Baswedan, tidak mencerminkan kinerja yang rendah, tetapi merupakan cerminan bahwa pemerintah belum memprioritaskan dan belum menciptakan kualitas hidup yang baik bagi rakyatnya. Meskipun demikian, Anies Baswedan merasa bersyukur karena sudah melakukan berbagai upaya untuk menghadapi krisis iklim, terutama di Jakarta.

Fokus Anies Baswedan dalam menghadapi krisis iklim di Jakarta adalah pada transportasi yang terintegrasi, perbaikan tata kelola lingkungan, dan pemenuhan kebutuhan dasar warga. Ia konsisten menjalankan gagasan ini untuk memperbesar dampaknya.

Salah satu contoh langkah yang diambil oleh Anies Baswedan dalam menghadapi krisis iklim di Jakarta adalah mengubah paradigma transportasi dari penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum yang terintegrasi. “Hasilnya, pada tahun 2021, jangkauan transportasi umum yang dapat diandalkan meningkat dua kali lipat, sehingga jumlah penumpang Trans-Jakarta melebihi angka 1 juta penumpang per hari,” tulis Anies Baswedan.

Menurut Anies Baswedan, menghadapi krisis iklim juga memerlukan penguatan kolaborasi dan diplomasi. Ia mengambil contoh kolaborasinya dengan komunitas Ciliwung, serta menekankan bahwa Indonesia harus meninggalkan diplomasi transaksional.

“Kita tidak boleh hanya mengorbankan sumber daya alam untuk mendapatkan posisi tawar. Ketika hutan telah habis ditebang dan pasir laut telah hilang, harga diri bangsa ini akan terkikis,” tulis Anies Baswedan.

Anies Baswedan juga mengajak generasi muda, terutama generasi milenial, untuk terlibat dalam menghadapi krisis iklim. Menurutnya, sudah saatnya memberikan ruang bagi kolaborasi dengan anak muda untuk menghadapi krisis iklim. Dengan melakukannya, Anies Baswedan percaya bahwa akan muncul lebih banyak terobosan dan solusi inovatif dalam menghadapi krisis iklim.

“Marilah kita merajut kebersamaan dan berkolaborasi dalam menghadapi tantangan penting bagi generasi kita,” tulis Anies Baswedan dalam penutup opini tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top